Kerja Sama dengan Iran dan Korut, ZTE Kena Sanksi dari AS
Bukan satu hal yang aneh lagi jika dikatakan bahwa Presiden AS Donald Trump memiliki ambisi lain dengan memusuhi Iran dan Korea Utara. Hal itu dikarenakan kedua negara tersebut tidak mengindahkan perintah dari AS untuk menghentikan dan meniadakan program pembuatan senjata nuklirnya.
Dikarenakan penolakan tersebut membuat kubu Amerika Serikat menjadi sangat geram kepada 2 negara itu. Terlebih lagi ketika pihak Amerika Serikat mendengar bahwa Korea Utara dan Iran langsung menjalin kerja sama dengan Rusia setelah diembargo ekonomi oleh kebanyakan negara Eropa dan juga Negara Paman Sam itu. Tentu saja hal tersebut menjadikan AS seperti semakin kebakaran jenggot.
Dan ternyata, ketidaksukaan Amerika Serikat terhadap Iran dan Korea Utara itu harus berimbas pada bisnis yang digerakkan oleh sebuah operator telepon raksasa sekaligus pembuat perangkat mobile dari Cina, ZTE. Hal itu disebabkan ZTE dengan sengaja menjual komponen-komponen untuk membuat perangkat mobile dan telekomunikasi ke Korea Utara dan Iran.
Dikarenakan itulah, maka ZTE langsung mendapatkan saksi tegas dari Amerika Serikat berupa larangan untuk membeli komponen-komponen elektronik atau menjual produk ke negaranya. Pihak ZTE mengatakan bahwa sebesar 25 sampai 30 persen komponen elektronik yang digunakannya untuk membuat perangkat telekomunikasi dan mobile dibeli dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Dan akhirnya, dengan sanksi yang dijatuhkan sejak bulan April 2018 kemarin sampai sekarang, ZTE harus mengalami kerugian kurang lebih Rp 29 triliun. Bahkan di Q1 2018 ini saja, kerugian yang dialami mencapai kurang lebih USD 1,1 miliar.
Bahkan sesaat setelah diberlakukannya sanksi tersebut, beberapa perusahaan pemroduksi milik ZTE harus dihentikan karena kekurangan pasokan bahan dasar serta komponen. Hal tersebut selain merugikan pihak ZTE secara finansial, juga membuat perusahaan satu itu menuju arah kebangkrutan karena tidak dapat melakukan apa-apa lagi.
Adapun cara lain yang dapat dilakukan pihak ZTE agar lolos dari sanksi adalah dengan membayar denda yang besarannya sudah ditetapkan oleh pihak Amerika Serikat. Dan tentunya jumlah yang ditetapkan bukan nilai yang sedikit.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap ZTE itu langsung disambut negatif oleh Pemerintah Cina. Ada kabar bahwa Pemerinhta Cina akan melakukan tindakan tegas jika sanksi tersebut terus diberlakukan. Dan dengan ancaman itu, akhirnya Trump sendiri harus bersikap melunak agar dapat mendapatkan dukungan serta bantuan dari Presiden Cina Xi Jinping agar dapat mengutarakan semua pesannya ke pihak Korea Utara.
Sebagai informasi, Cina dan Korea Utara memiliki hubungan yang sangat baik, maka Trump berharap agar Xi Jinping mewakilinya untuk menyampaikan segala sesuatu yang diinginkan Amerika Serikat kepada pihak Korea Utara karena negara saudara Korea Selatan tersebut sudah menutup segala hal dengan negeri yang dipimpim oleh Trump itu, termasuk pembicaraan antar-negara.
Oleh karenanya, untuk dapat memuluskan tujuannya itu, maka Trump menuliskan di akun Twitternya sendiri bahwa dia akan membantu ZTE sebagai salah satu perusahaan besar di Cina untuk dapat lolos dari sanksi dan kembali meneruskan bisnisnya lagi.
Hanya saja, Trump benar-benar pebisnis sejati yang tidak ingin rugi sama sekali. Walaupun memiliki misi tersendiri, namun agar ZTE dapat lepas dari sanksi, maka Trump mengatakan agar perusahaan tersebut membayar denda sebesar USD 1,3 miliar.
Walaupun sudah ada janji yang diutarakan oleh Trump dan juga masih jauh dari kata normal, namun ada sedikit peningkatan dari sisi bisnis yang dijalankan ZTE. Saham perusahaan per akhir bulan Agustus 2018 kemarin meningkat sebesar 1 persen di bursa saham Hong Kong.